London-Escape : Transit in Viet Nam



Jadi post ini mestinya gw tulis dari dua minggu yang lalu, langsung begitu gw balik dari London. Tapi karena jetlag parah sampe 4 hari (maklum kan baru pertama kali ke luar negeri) gw bahkan sampe bolos kerja gara-gara ga kebangun pagi buat ngantor, jadinya procrastination at its finest, again. Oh what a mess was I. Okay, jadi gw mulai dongeng gw dari bagian paling awal yaa...

Siapin kuaci karena ini akan jadi postingan yang cukup panjang (kalo jadi).

Jum'at tanggal 6 Oktober 2017 pukul 1.45 siang gw bertolak dari Jakarta menuju Ho Chi Minh dengan Vietnam Airlines. Perjalanan tersebut memakan waktu selama 3 jam dan gw sampe di Ho Chi Minh sekitar pukul 5 sore. Jujur aja, that was my first flight during this year. Dan somehow gw udah kangen banget sama aroma dan suasana bandara (weird ya?). Disamping perasaan nervous or butterfly in the stomach berkepanjangan ini, gw dari awal udah constantly excited karena akhirnya gw bisa kabur dari negara ini. Tapi, nasib malang menimpa gw. Ga ada penumpang lain yang duduk disamping gw di dalam pesawat. Di row gw cuma gw doang dan itu rasanya cukup menyedihkan karena ga ada orang yang bisa diajak ngobrol dan curcol. Tapi yah judulnya dari awal kan emang "Solo Travel", so I couldn't complain

Tuh kosong kan??
Pasang emot sedih dulu :( 

Sebagai bagian dari Sky Team, menurut gw armada Vietnam Airlines punya pelayanan yang cukup memuaskan. Hampir sama dengan Garuda Indonesia, ada layar hiburan dan sajian makan siang dan seragam pramugarinya juga sopan. Berbalut celana panjang warna putih dan tunik lengan panjang warna hijau toska dengan kerah cina. So elegant and modest. Hidangannya cukup lengkap, ada roti (kayanya buat appetizer deh), main course (selalu ada dua pilihan, pork dan non pork), dessert, dan pencuci mulut (bisa salad buah, sayur, atau yoghurt). Di saladnya juga ada daging, dan karena gw ga yakin itu daging apa jadi gw ga sentuh dagingnya sama sekali. Play safe gitu hihihi.


In-flight meals by Vietnam Airlines

Karena waktu itu di atas suhunya cukup panas, matahari juga cukup terik, jadinya gw lapar dan ga sabar buat makan. Beruntung gw pilih window seat, gw bisa menyantap lunch sambil melihat keluar jendela menikmati benderang mentari menyinari bumi yang tertutup awan putih (halahh). Begitu selesai makan, gw utak-atik layar di depan gw. Cari film yang sesuai mood dan bagus. Tapi karena gw tiba-tiba pusing jadinya gw cuma diem liat keluar jendela, amazed by what I saw : basically just sky and thick clouds dan ga terasa gw mulai ngantuk dan ketiduran. Setengah jam menjelang landing, gw kebangun dan bingung mau ngapain. Jadinya liat keluar jendela lagi, sampai pemandangan diluar jendela berubah dari awan ke gedung-gedung dan pemukiman di kota Ho Chi Minh. Gw seneng ketika liat ini :

It says "Welcome to Vietnam"

Ketika gw baca tulisan welcome itu, it feels like someone is welcoming me all the way thru, hahaha. Whatever, tapi yang pasti waktu itu gw pikir gw udah resmi berada di luar negeri sekarang. Time to enjoy the show.

Begitu mendarat, gw langsung cari tempat duduk dan sekalian cek hp mau telpon mamak. Karena simcard gw Telkomsel, salah satu privilege-nya yaitu fitur roaming. Walaupun gw ga pasang paket roaming, tapi seketika begitu sampai di Viet Nam provider simcard gw berubah nama ke simcard lokal. Dan Alhamdulillah masih ada sisa-sisa pulsa buat telpon mamak waktu itu. Pas lagi duduk, tiba-tiba dua orang wanita lewat depan gw dan gw senyumin. Gw inget bahwa gw dan mba-mba itu ternyata satu pesawat, dan mereka duduk persis di depan gw. Bahkan pas mau boarding ke pesawat pun, mereka antri persis di depan gw. But no talk before that. Begitu mereka lewat, gw senyumin, dan akhirnya terjadilah percakapan itu. Akhirnya mereka duduk di kursi sebelah gw trus cerita-cerita ternyata mereka transit mau ke Jepang besok paginya jam 6. Artinya waktu transit mereka lebih lama dari gw. Gw cuma transit 7 jam di Ho Chi Minh, tapi gw udah niatin mau jalan-jalan ke luar bandaranya biar ngerasain suasana Viet Nam. Awalnya mba-mba itu (nanti gw kenalin nama dan akun instagram mereka yak) mereka rencananya cuma mau jalan kaki dari bandara ke mall yang ada diseberang, sambil nyari Starbucks buat koleksi tumbler. Tapi karena gw udah janjian sama cowo Viet Nam dan dia nawarin ke gw mau anterin gw buat muter-muter sebentar sebelum penerbangan gw ke London, akhirnya gw ajakin mba-mba itu gabung dan kami keluar bandara.

Setelah 'lolos' imigrasi, gw langsung ke money changer, tukar USD ke Viet Nam Dong (VND). Gw ga yakin mereka terima rupiah atau ga, tapi yang pasti lebih aman kemana-mana bawa USD dulu karena pasti laku. Dan gw cukup kaget ternyata kurs mereka lebih rendah dari kita, 1 USD mereka bisa 20,000 VND. Setelah tukar uang, langsung keluar mau ketemu dengan lelaki Viet Nam itu. Eh baru keluar pintu dia udah langsung samperin gw dan gw sempet kaget juga. Dia sebelumnya bilang di whatsapp kalo dia bawa payung (biar gw gampang nandain dia orangnya yang mana), dan emang beneran dia bawa payung hahaha. Payung yang gede dan panjang yang ujungnya kayu bengkok gitu dan ga bisa dilipat. Payung orang tua gitu lah hahaha. Pas gw tanya kenapa dia bawa payung, katanya buat jaga-jaga kalau dijalan hujan. Oh ya awalnya dia nawarin gw buat jalan-jalan pakai motornya dia. Tapi ternyata tim kami bertambah dan jadilah pake Grab buat jalan-jalannya.

Alright. Sekarang perkenalan dulu ya. Biar kalian tau dan makin sayang sama mereka, teman sejawat gw dikala transit di Viet Nam, ehehe. Awalnya kami cuma berempat : gw, lelaki Vietnam itu, dan mba-mba itu. Trus ditengah jalan ada seorang pria yang ngajakin gw ketemuan, akhirnya tim bertambah jadi 5 orang. Jadi ada 2 pria, dan 3 wanita.

'Lelaki Vietnam itu', namanya Quang. Gw kenal dia lewat Couchsurfing, setelah gw publish rencana trip gw, dia nawarin untuk jadi guide (all free loh ya, karena Couchsurfing itu berbasis kekeluargaan, bukan untuk komersil). Dan ternyata dia kerja di bandara pula, jadi untuk ketemuan waktu itu sama sekali ga susah.

'Mba-Mba itu', ada 2 orang : Mba Icha dan Mba Iren. Mereka berdua orang Manado tapi sama kaya gw, merantau ke Jakarta. Udah ketemu mereka sejak di bandara Jakarta, tapi baru ngobrol pas di bandara Ho Chi Minh.

'Seorang Pria' (hahaha), namanya Randy. Gw juga kenal lewat Couchsurfing. Kirain orang Banten, eh ternyata sama-sama 'urang awak'. Akhirnya gw panggil Uda. Jadi sebelum berangkat gw udah sempet komunikasi duluan sama dia dan kebetulan dia juga lagi di Vietnam (waktu itu katanya mau tes PNS Vietnam-what???) akhirnya kami janjian buat meet up.

Plus gw. Jadi udah lengkap ya ada 5 orang.

Begitu Grab kami tiba, kami langsung naik dan menuju pusat kota Ho Chi Minh. Suasananya ga terlalu beda dengan di Jakarta, cuma stir mobil disana ada di sebelah kiri. Banyak mobil dan motor juga, tapi pas kemarin gw disana ga sempet mengalami macet. Begitu sampai di tujuan, kami jalan kaki sedikit muter-muter cari tempat makan hingga akhirnya tibalah di sebuah cafe kecil (tapi rame) di pinggir jalan. I told Quang before that me and the team would like to try something very Vietnamese (other than the coffee). So Quang finally took us to the cafe to try Vietnamese Pizza (Pizza Vietnam), which by the way is delicioussss! 


Pizza Vietnam Roll dan Biasa + Lemongrass Tea (so fresh!)

Pas banget Quang ngajakin kami kesana, karena menunya juga bukan menu makanan berat, tempatnya juga banyak anak-anak muda, nyantai gitu, berasa jadi anak gaul Ho Chi Minh lah hahahaha. Btw ini porsi yang kami pesan sebelum Uda Randy datang. Begitu dia datang, kami pesan satu lagi Vietnamese Pizza-nya. Dan ada satu hal unik yang terjadi disana. Biasanya kalau di cafe/restoran yang ada di Jakarta (Indonesia pada umumnya lah), setiap selesai makan begitu ada peralatan kotor diatas meja, maka waiter/waitress-nya akan menawarkan diri untuk mengangkat piring-piring kotor itu. Atau kalaupun kita pesan menu tambahan, mereka juga akan beresin peralatan yang kotor dulu baru kemudian makanan baru ditaruh diatas meja, iya kan?

Tapi bukan itu yang terjadi disana.

Pizza Vietnam kami yang ketiga

Ketika makanan baru datang, bukannya mengangkut piring yang udah kotor, tapi waiter-nya malah menumpuk makanan baru diatas piring kotor tadi. Kaget juga sih soalnya gw udah minta mereka buat ngangkut piring kotor itu tapi mungkin hal kaya gitu udah lazim disana. I'm not saying that it's wrong (cause it's just a matter of cultural thing, I guess) but it was a little bit odd for me tho. Ga cuma gw yang kaget ternyata, all of us were except Quang (obviously -_-). Tapi unik sih, bayangin kalo misalnya kita pesan 7 porsi, berarti mereka akan menumpuk satu piring makanan diatas 6 piring kotor dong? Atau kalo misalnya kita lagi rame-rame sama temen-temen, ada 4 orang, dan masing-masing pesan 3 menu makanan, berarti ada 12 piring, it means akan ada 4 tumpukan masing-masing 1 piring bersih diatas 2 piring kotor. Is the math right?

Hahaha au ah, ga usah dipikirin.

Selesai makan dan puas cerita-cerita, kami lanjut touristing-nya. Quang berinisiatif untuk pesan Grab lagi dan kami diajak ke central sekitar CBD (Central Business District)-nya Ho Chi Minh. Satu hal yang gw suka disana, meskipun banyak mobil dan motor kaya di Jakarta, tapi suasana disana ga bising kaya di Jakarta. Ga ada ribut suara klakson dan semua orang berkendara nyantai. Begitu tiba di tujuan, kami turun dan langsung jalan kaki lagi. Dan kami langsung tiba di area mirip Kota Tua yang ada di Jakarta (kalo di Eropa biasanya disebut 'Square'). Ada gereja dan Kantor Pos dengan eksterior gedung ala-ala Eropa gitu. Btw kantor pos-nya gede dan bagus banget (untuk ukuran kantor pos yah). Better than Kantor Pos yang di Kota Tua sih menurut gw.

Buu Dien Saigon "Central Post Office"

Ketika lagi ambil foto ini, persis didepan kami ada beberapa ABG-nya Ho Chi Minh lagi nongkrong-nongkrong jadi kami minta salah satu dari mereka untuk jadi relawan fotografer kami hehe. Coba perhatikan lagi fotonya, itu yang paling kiri adalah gw. Disamping gw adalah Uda Randy, Mba Icha yang ditengah, disampingnya adalah Quang, dan yang paling kanan itu Mba Iren. Mestinya, Uda Randy ga bawa tas merah itu, dan Quang juga ga bawa tas coklat itu. Tapi, memang karena kebaikan hati mereka (they really are nice guys, really), mereka nawarin buat bantuin gw bawain tas-tas itu.

Yes, those are my bags. Paperbag merah yang di Uda Randy dan tas coklat yang ada di Quang adalah barang-barang gw. Hahaha. Dasar rempong, ribet (gw). And it felt so good to get help from people you've never met before yet they perfectly knew that you were in uneasy situation, especially with baggages lol). Alhamdulillah yah, rezeki anak sholehah.

Girls team

Selesai foto-foto, Quang mengajak kami lanjut jalan kaki ke 'Walking Street'. Gw sempet nanya ke Quang gini, "Quang, why is it named as Walking Street?". Trus Quang jawab "Because people are walking here."

Okay. Nice explanation. 
-_-

Sampe disana, ternyata tempatnya bagus juga, semacam alun-alun gitu, ada taman dan pertokoan serta cafe-cafe. Menurut gw sih mirip Time's Square di New York (sotoyyy). Trus ada air mancurnya juga. Waktu itu suasananya rame, mungkin karena lagi Jumat malam jadi orang-orang pada merayakan TGIF. Bahkan anak-anak pun sampe ada yang mandi di air mancur itu hahaha.

Walking Street, Saigon

Ternyata bahagia itu sederhana ya. Cukup main air aja bisa tertawa lepas dan bahagia, kaya anak-anak itu. Kita aja yang bikin ribet, merasa bahwa kalau ga bercinta trus ga bahagia (ceramah). Okay, move on now. 

Jadi ceritanya anak ini lagi bengong karena lagi asik-asik main air tiba-tiba
air mancurnya mati, eh trus ga lama nyala lagi.
#CUTE

Asyik menikmati suasana, people watching, dan menghirup udara Viet Nam, ga terasa udah jam 9.30 malam. Gw minta Quang buat nganterin kami balik ke bandara, karena penerbangan gw ke London jam 12 malam dan gw ga mau telat, I have to be at the airport by 10pm. Begitu Grab kami dateng, langsung naik dan meluncur ke bandara. Memang pertemuan yang singkat, tapi buat gw seru banget dan unforgettable. Memang gw udah rencanain ketemu Quang, tapi ketemu Mba Icha, Mba Iren, dan Uda Randy adalah bonus. Double jackpot malah. Karena itu pengalaman pertama gw di negeri orang, jadi ketemu orang sekampung disana itu sesuatu yang sangat berharga sekali.

Mba Icha, Mba Iren, dan Uda Randy, if you're reading this, I want you guys to know that you all are awesome! I like how we did first meet in another country. Thank you for being such a fun and joyful company while I was there :) :) :) 

Sebelum gw check in, untung Uda Randy sempet-sempetin wefie bareng. Here's the last memory of our togetherness in Ho Chi Minh :

'Twas a short outing but so fun and joyful! Thank you again :)
ps. Quang is still holding my bag tho. 

I love to keep in touch with them, cause they are lovely. And I want you too! 
Get connected with them : 
Berteman dengan Quang melalui Facebook disini 
Follow instagram Mba Icha disini 
Follow Mba Iren disini
Follow Uda Randy disini

No comments:

Powered by Blogger.